Sekolah sebaiknya
gratis atau berbayar? Sebutkan alasannya!
Menurut pendapat saya, sebaiknya
sekolah itu tidak dipungut biaya sedikitpun atau biasa disebut gratis. Hal itu
dilakukan untuk menambah konsentrasi siswa serta menyamankan perasaan siswa
dalam menjalani proses pembelajaran dengan baik. Sehingga hasil yang didapatkan
siswa akan lebih memuaskan. Contohnya saja saya, saya belajar di SMA IT Al
Irsyad yang dibebankan dengan biaya OKP sebesar Rp 1.000.000. setiap hari saya
harus memutar otak untuk dapat memenuhi tagihan sebesar itu. Ayah saya yang
baru saja di PHK juga merasa terbebani dengan anggaran tersebut. Sehingga
membulatkan tekad saya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan bekerja.
Tiga bulan saya bekerja di
sebuah tempat les yang menerima jasa freelance untuk pelajar SMA seperti
saya. Awalnya saya biasa dengan kerja sampingan tersebut. Tapi lama kelamaan
saya menjadi terbebani sendiri. saya tidak bisa membagi waktu saya antara
belajar dan mengajar. Memang mudah karena itu saling berhubungan. Tapi pada
kenyataannya, saya sering tidak mengerjakan PR yang membuat nilai di kelas
sepuluh semester 1 menurun drastis. Sejak saat itu saya memutuskan untuk
mengundurkan diri dari kerja sampingan tersebut. Saya mencoba fokus untuk sekolah
saya dan berusaha untuk mencari-cari beasiswa demi menutup beban anggaran OKP
saya. Alhamdulillah ada saja yang membantu. Sekolah memberikan subsidi sebesar
setengah harga dari harga OKP sebenarnya menjadi Rp 500.000 tapi tetap saja itu
menjadi beban pikiran saya.
Itu terjadi kelas 10 semester 1
dan 2 yang menjadikan nilai saya menurun drastis. Namun sejak mendapatkan
potongan setengah harga tersebut saya menjadi fokus belajar. Ayah saya bekerja
sangat keras, bahkan sampai tengah malam untuk dapat melunasi beban anggaran
tersebut. Saya merasa sedikit ringan dan alhamdulillah pada kelas sebelas
semester satu saya mendapatkan peringkat 5 dari 27 siswa yang mengambil jurusan
IPS.
Selain ayah, saya juga membantu
beliau dengan mengikuti eskur jurnalistik yang sedang mengikuti lomba “Jurnalis
Of to School” di Radar Banyumas, koran daerah setempat. Dan banyak berita yang
saya dan teman-teman jurnalis SMAIT yang termuat dalam koran tersebut sehingga
dapat meringankan beban anggaran tersebut dengan uang hasil karya-karya saya.
Selain itu saya juga aktif pada koran SMAIT yang kami beri nama “Radius Post”
yang terbit seminggu sekali. Dan Alhamdulillah koran tersebut di subsidi
langsung oleh sekolah. Sehingga kami mendapat reward atas karya-karya kami. Seringkali
karya-karya saya juga masuk dalam majalah “Adzkia” yang terbit setiap bulan dan
lagi-lagi Alhamdulillah saya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit rupiah
untuk melunasi beban anggaran tersebut.
Kini saya duduk di kelas
duabelas IPS 2. Dan biaya OKP saya naik sebesar Rp 2.000.000 itu membuat saya
kembali kewalahan. Sehingga ayah saya kembali mengajukan surat keringan OKP
dengan taruhan prestasi saya tidak akan turun sampai saya lulus. Dan itu
dikabulkan oleh yayasan. Namun hanya Rp 1.500.000 saja. Tapi saya tidak
habis-habisnya berusaha untuk semakin berprestasi lagi, sehingga sekolah mengajukan
saya pada beasiswa APBNP yang sampai sekarang belum diketahui hasilnya seperti
apa. Untuk itu, saya mencari-cari lagi lowongan beasiswa yang ada pada
internet. Sampai pada suatu malam saya menemukan beasiswa dataprint tapi
saat itu saya hampir putus asa karena saya baru menemukan beasiswa tersebut di
saat-saat terakhir deadline tahap 1. Tapi wajah saya kembali segar saat
mendapati beasiswa dataprint tahap 2 dibuka kembali. www.beasiswadataprint.com and www.dataprint.com