Si Roll
anak PUNK
‘Punk’
kesannya gaul banget! Model rambut, wajah dan baju diseremin. Mandi dijarangin.
Gembel dikedepanin. But solidaritas tetep dikesatuin. Satu ngelakuin apa semua
ngikut aja tanpa disaring baik buruknya. Satu nge-drugs semua ikut nge-drugs.
Satu minum semua manut minum. Eit, minum apa dulu .. kalau minumnya air putih
semua si of course ngikutnya, tapi kalau minumnya miras gitu .. mereka
manut aja ga ya?
Satu kisah anak Punk yang rada waras
dari ke-punk-annya. Sebut saja si Roll ..
Si Roll adalah seorang anak punk
yang jarang sekali mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Ayahnya
seorang kontraktor dan ibunya seorang wiraswasta wira laba di sebuah MLM
terkenal di bilangan Jakarta. Setiap harinya ia tinggal sendiri di rumah yang
bisa dikatakan luas seluas kebun binatang tapi sepi sesepi kuburan. Dirumahnya
hanya ditempati oleh dia, supir dan pembantunya saja. Supirnya sibuk dengan
mobil yang dititipkan ayah kepadanya. Sedangkan pembantunya sibuk mengurusi
rumah seluas kebun binatang itu. Tak ada sedikit kasih sayang untuk Roll.
Hari-hari Roll sepi, hingga akhirnya
ia bertemu dengan sekumpulan anak-anak yang Roll anggap rame untuk berbagi.
“Bro, name lu sape, gabung yuk!” ajak salah satu dari mereka. Roll nampak ragu
menjulurkan tangannya, “Aku Roll.” Jawabnya masih polos. “Disini pakenya gua
sama lu, ga ada kamu akuan gitu ..” jelasnya lagi. Dia adalah Bon ketua anak
punk.
Roll kembali ke rumah. Anehnya Roll,
dia seharian berusaha merubah kebiasaan menggunakan kata kamu akuan menjadi gua
luan dengan semua yang ia jumpai. “Hei, lu ambilin gua makan.” Ucapnya pada Bi
ratin, pembantunya. Bi ratin sedikit mengerutkan keningnya, bingung, biasanya
den Roll sopan kok sekarang kaya orang ga waras gini si.
Seminggu dia beradaptasi mengubah
kamu akuan menjadi gua luan. Dia kembali ke daerah kemayoran, tempat anak-anak
punk berkumpul. “Hai .. gua dateng .., main yuk ke rumah gua.” Ajak Roll. Bon
mengangguk setuju. Dia dan anak punk lainnya berjalan di belakang Roll. Membuat
begidik semua yang melihat gerombolan kami. Kesannya mau ada tawuran .. padahal
si cuma main ke tempat Roll.
Mereka sampai di tempat Roll. “Roll,
rumah lu gede banget ni .. barang-barang kaya gini ga ada di rumah gua. Gua
minta ya?” tanya Bon diikuti yang lain. Sebelum Roll mengangguk, Bon dan 5 anak
punk lainnya sudah menggasak seluruh barang-barang berharga yang ada dirumah
Roll. Mereka tak begitu saja pergi dan kabur. Namun merayu Roll untuk mencoba
barang haram tersebut. Dan menenggak minuman yang belum pernah diminum Roll
sebelumnya.
“Ni .. beda ma air biasa, sekali lu
minum lu bakal nge-flay, terbang dan lupa sama masalah lu.” Rayu Bon
tanpa basa-basi. Roll sudah melihat semua perlakuan Bon terhadap barang-barang
yang ada dirumahnya. Ia mengambil kemudian menjualnya bahkan jika ada yang
tidak mengenakkan hatinya barang tersebut dihancurkan dengan teganya.
Dengan tegas ia kembali ke logat
aslinya dan menolak, “Aku tidak akan meminum setetespun khamr, kamu tahu,
barang siapa yang meminum setetes khamr di dunia. Maka diakhirat kamu tidak
akan mencium bau surga. Kamu mau seperti itu?” katanya mengeluarkan dalil yang
membuat Bon merasa marah dan muak. Ada rasa sedikit takut si, Roll bawa-bawa
akhirat. Tapi tiba-tiba suara dari yang lain menghentikan rayuan Bon, “Bon,
didit sakau ..” teriak mereka. Bon segera ke arah didit, tapi nyawa didit tak
bisa tertolong lagi, dia meninggal di tempat Roll.
“Ih, orang sakau kenapa baunya anyir
banget si.” Keluh Bon.
“Nah tu contohnya, kamu ga mau kan
matinya kaya gini?” tanya Roll. Bon menggeleng menyadari. Dia meneteskan
airmatanya dan menyesali hidupnya. Dia sadar dan kembali ke kebiasaannya semula
menjadi anak punk yang baik.
Setelah tobat dari kebiasaan
buruknya. Bon pun seperti dibanjiri dengan berbagai tawaran pekerjaan yang
membuat dirinya makin bangga dengan hidupnya. Ia juga tak pernah melupakan Roll
yang sekarang menjadi sahabatnya. Roll pun tak merasa kesepian lagi, karena dia
punya Bon sahabat baru pengusir sepi harinya.