Komisi Pengamat Kebutuhan
Cari tahu alasannya, berantas masalahnya
Satu cerita ayah setelah di PHK. Sebut saja Pak Bam. Pak Bam adalah salah satu akuntan andalan di salah satu perusahaan terkemuka di kota semarang. Ia begitu jujur, semua akun-akun yang ia kerjakan ballance semua, seimbang tanpa ada yang di korup sedikitpun. Ia juga gigih dalam bekerja. Setiap hari sebelum rekan-rekannya datang ke kantor, Pak Bam sudah duluan duduk di kursinya. Baginya waktu adalah uang.
Suatu hari yang membingungkan bagi hidupnya. Perusahannya tiba-tiba memberhentikannya tanpa alasan yang jelas, PHK. Perusahaan berdalih, Pak Bam sering terlambat masuk ke kantor, membangkang pada atasan dan lain sebagainya yang membuat Pak Bam tidak bisa menerima keputusan perusahan yang tidak masuk akal itu.
Dia juga sedang kesulitan ekonomi. Pesangonnya habis untuk membiayai dua anaknya yang masuk kuliah. Belum lagi anak bontotnya harus keluar-masuk rumah sakit karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya. Setiap minggunya Pak Bam harus menyediakan sedikitnya sepuluh juta rupiah untuk cuci darah anak bontotnya.
Satu-satunya jalan menggadaikan rumahnya. Ia nekat dan menggadaikan rumahnya kepada rentenir. Pak Bam mendapatkan seratus juta dari pergadaian rumah tersebut. Kemudian mencari rumah kontrakan kecil dan DP 1 tahun untuk cuci darah anaknya. Uangnya kini menipis dan ia gunakan untuk menanam saham di pasar modal. Ia bertemu dengan seorang investor yang baru saja mendapat keuntungan besar setelah menanam saham daging sapi kepada emiten baru.
“Pak Bam .. ayo ikut inves daging sapi ini saja, dijamin uang ngalir terus, seperti saya.” Katanya meyakinkan. Pak Bam berpikir sejenak, kalau aku investasikan separuh saja dari sisa yang ada pasti aku dapat 50 % dari uang tersebut, akh nekat saja.
Akhirnya ia ikut menanam saham daging sapi tersebut. Ternyata benar, lama-lama saham yang ia tanam separuh kembali lagi bahkan lebih berlipat ganda. Pak Bam tenggelam dalam bisnis yang korup ini. Sampai akhirnya ia curiga, darimana uang sebanyak ini bisa mengalir terus? Dia menelusuri semua jaringan pada saham ini. Ilmu ekonomi yang ia dapatkan selama mengemban pendidikan di UNS ia terapkan.
‘oh uang mengalir mulai dari APBD ditambah dengan uang para penanam saham. Kemudian mengekspor dengan kuota 0% kepada negara-negara asing. Daging-daging negara asing diimpor dengan kuota 100% untuk masuk ke dalam Indonesia. Karena para pengimpor dari negara asing tidak mau membayar kuota itu sehingga mereka menyuap orang dalam negri lebih dari harga kuota. Dana itu tidak masuk ke APBN tapi masuk ke rekening pribadi para penanam saham.’
Jika kuota 100% nya Rp 2.000.000.000 mereka akan mendapatkan lebih dari jumlah harga tersebut kisarannya Rp 2.200.000.000 atau bahkan lebih. Itu semua Tidak masuk ke kas negara, malah masuk ke rekening masing-masing dari penanam saham, termasuk Pak Bam.
“Wah ini korupnya kebangetan ni ..” ujar Pak Bam dalam hati. Batinnya bergulat, ingin meneruskan atau membongkar jaringan ini. Tapi kalau diteruskan Pak Bam mendzolimi istri dan anak-anaknya. Dengan nafkah uang haram. Kalau dibongkar, ia sendirian. Pak bam harus bagaimana?
Pak Bam mantap menceritakan semuanya pada para pemilik saham, agar mereka tidak kecipratan dosa dari inves haram tersebut. Untung, respon mereka mendukung niat Pak Bam semua untuk membongkar jaringan sesat bikin melarat negara ini. Ia bersama para pemegang saham bersatu menuju ke kantor KPK, melaporkan apa yang mereka ketahui.
Jika masing-masing dari kita sadar dan risih memakan uang haram, tidak ada korupsi di negara kita. Mulai dari diri kita sendiri. No Uang Haram No Korupsi. Sepandai-pandainya tupai melopat pasti akan terjatuh juga. Serapat-rapatnya menyembunyikan makar maka akan ketahuan juga. Orang hidup seperti roda, kadang di atas kadang dibawah, kadang kokoh iman kadang lemah iman, itulah kehidupan .. No Uang Haram No Korupsi. Salam perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar