Minggu, 10 April 2016

ILDKB so, ukhuwah banget.



ILDKB so, ukhuwah banget.

            Tak sampai situ saja, UKI bergerak, organisasi islam ini juga mengikuti musyawarah kerja nasional – musykernas se-Indonesia dengan nama Ikatan Lembaga Dakwah Kampus berbasis Budaya atau biasa disingkat dengan ILDKB.
            Awal yang bagus untuk membuka jaringan secara luas. Mba Azimah, ketua UKI di masa itu, mencoba membuka pendaftaran siapa saja yang akan ikut mewakili UKI Ilbud ini dalam ILDKB tersebut. Tadinya belum siap dengan ini semua, tapi budget dari bidikmisi telah cair. Apa salahnya untuk melepas penat dan tilik kampus, istilah yang kugunakan dalam pengunjungan ke UNNES kali ini.
            Syeila, Rose, Aas juga ikut, tentunya mba Azimah sang leader perjalanan ini ikutan dong. Masa kita yang baru-baru ini dibiarkan merantau sendiri di daerah orang. Kita mau komunikasi sama sapa coba, hahay.
            Kebetulan mba Azimah tampak repot di musyker kammi yang juga sedang diadakan di balai kelurahan Karangwangkal, dekat kampus. Ini lagi, masa-masanya organisasi atau UKM-UKM sedang melakukan rapat besar-besaran, musyker atau musyawarah kerja untuk proker-proker yang akan dikerjakan pada periode selanjutnya.
            Aku juga anak kammi, tapi lumayan baru, untuk mau berlama-lama mendengarkan musyawarah-musyawarah tersebut. Sehingga dengan senang hati, aku dan Rose yang mengurus pembelian tiket ke Semarang nanti.
            “Mba Azim, lagi ramai ya di dalam. Ini, Cuma minta KTP atau KTM, terus sama budgetnya buat tiket pulang pergi Purwokerto-Semarang-Purwokerto.” pelanku, membuat yang di dalam nampak kepo dengan pembicaraan kami.
            Kemudian, dia menyerahkan semua yang aku jabarkan tadi. Dan untuk menghentikan kekepoan mereka, aku dan Rose pun pamit diri untuk segera ke stasiun.
            Di sana kami menjembreng KTP-KTP yang akan didaftarkan dalam pembelian tiket ini. Kemudian menulis satu demi satu lima orang yang terjembreng itu. Dengan senangnya, kami mendapatkan kursi di tempat yang sama. Dan tak ku tahu kenapa, aku mendapat kabar, dua ikhwan lainnya, ingin ikut bergabung dengan kita. Haduh, ke stasiun lagi, mengurus Ridwan dan Faizin, yang dengan sukarela mengawal kami sampai ke daerah banjir tersebut.
***
            Mengemat waktu, aku sudah bersiap akan diantar Abah ke stasiun. Dalam perjalanan, terdengar kabar, satu ikhwan itu belum ada yang mengantarkan. Entah, inisiatif Faizin sendiri, atau ada tawaran dari Dede, teman perempuan sasindo, akhirnya Faizin pun bisa sampai ke stasiun tepat waktu.
            Huh, sampai semua. Ku dapati mba Azimah, Syeila, Aas, dan Rose sudah menunggu kami di kursi tunggu. Dan datanglah Ridwan dan Faizin. Aku sedikit kaget, “Loh, Dede yang antar Izin?” buncahku melepas penasaran. Mereka mengangguk dan mesem-mesem tanda ampun tidak diapa-apakan oleh anak UKI. Ya, memang tak apa, hanya mengantar saja kan?
            Lengkap bertujuh, tiket juga sudah dibagikan satu-satu. Kemudian kami beraksi segera mencari gerbong yang dituju, tiga untuk angka yang tertera pada gerbong, dan kursi delapan belas, untuk kursi untuk lima orang akhwat yang akan menyatu ini. Dan terbagi dua kursi untuk Ridwan dan Faizin. Faizin berada dekat dengan kursi kami, namun, Ridwan terlempar pada gerbong yang lain. Hahay, belajar mandiri ya. Haha.
            Kami sudah mengambil posisi PeWe masing-masing. Kemudian tak ada satu pun yang berbicara kala magrib itu datang kepada kami. Kami seakan serempak membaca al-matsurat dan al-qur’an serempak di dalam setasiun. Serempak membaca dalam hati maksudnya. Nanti ganggu kalau baca bareng-bareng, hehe, bisa-bisa kena omel, atau macam lainnya.
Setelah itu melempar candaan khas anak-anak UKI, “Eh, ukhti-ukhti, pop mie ga lewat-lewat ya ..” kataku, sedari tadi cacing-cacing dalam perut ini mulai demo minta makan. Yang lewat sana-sini Cuma teriak, “Kopi panas-kopi panas.” Dan pop mie nya kapan. Hahay, ternyata tidak hanya aku saja yang mengalami demo cacing ini, yang lain juga, “Iya nih, mana pop mie- mana pop mie?” gurau kami lagi, sambil membayangkan ada pelayan pop mie lewat dan memberikan pop mie itu pada kami. Tapi, lama kami menginginkan pop mie tak kunjung yang ditunggu itu datang.   
            Sampa lima jam perjalanan Purwokerto-Semarang, dan tepat tengah malam, jam satu dini hari kami sampai di stasiun Tawangmangu. “Nanti temen-temen UNNES ada yang jemput, ni kata mereka lagi dalam perjalan.” tenang mba Azimah. Dibalut demo cacing sedari tadi. Kami langsung protes, “Tadi kenapa pop mie ga lewat-lewat ya ..”
            Hahay, ga konsen karena memang kalau orang dimintai haknya dengan demo-demo semacam ini, tidak enak ya. Apalagi presiden Jokowi yang setiap saat menuai demo dari para demonstran. Pasti lah, tak nyaman hati. Adakah cara lain yang lebih nyaman daripada mendemo, para mahasiswa? Hahay, aku tak sadar aku dimana.
            Mondar-mandir seorang pemuda membawa helm di tangannya nampak mencari-cari orang yang ada di stasiun. Kami tahu, dan kami memperhatikan mondar-mandirnya pemuda itu. Dia juga memakai jaket muslim negarawan, khas kammi yang sedari tadi memang mondar-madir. Kami yang penasaran, dia kah, teman UNNES yang akan menjemput kami pun hanya mengemat pemuda itu saja. Tanpa menegur takut dia salah orang.
            Ridwan dan Faizin asyik sendiri pergi entah kemana, eh, tau-taunya mereka datang dengan membawa dua pop mie, “Uileh, kita lagi kruyukan. Kalian tepat banget datengnya.” Tapi sang pemuda yang sedari tadi mondar-mandir itu seakan menemukan kami yang memperhatikan. Dan menemui kami, serambi bertanya, “Ini rombongan Unsoed?” sopannya. Dibalas ya secara serempak dan sumringah karena dia berhasil menemukan kami, hahay.
            Tak sempat makan pop mie, Izin dan Ridwan pun langsung ikut membonceng motor dengan pemuda dan temannya itu. Kami yang akhwat diantar menggunakan mobil oleh ikhwan yang lain, plus didalamnya juga ada akhwat UNNES yang menjemput kami. Sampai di mess atau penginapannya anak UNNES. Kami ditempatkan di dua kamar yang terpisah. Aku, Rose, Syeila satu kamar. Mba Azimah dan Aas di kamar yang lain. Huh, sampai, kami merebah lelah. Kemudian tragedi pop mie itu pun, sampai juga di Semarang.
            Hmmmh, terhirup oleh hidung kami, aroma yang sedari tadi ingin kami santap. Tapi lama menunggu di kereta, tak kunjung lewat yang diinginkan. Kemudian ketika kami diijinkan akan menyantap pop mie milik dua ikhwan kece itu, tak disangka yang sedang mencari kami pun menemukan kami yang mengemat-emat dirinya sedari tadi. Huh, gagal niat kami mendiamkan protesan masal dari sang pendemo perut ini. Dan di kamar sebelah, dalam mess kami, terhirup aroma itu, dan kesalnya, kami tak berani satu pun untuk meminta dan memebuhi keinginan si cacing ini. Dan sampai nanti matahari terbit dari timur, kami siap memburu, “POP MIE.”
            “Nanti setelah sarapan akan ada anak UNNES yang bakal jemput ya.” Ingatkan kawan baru kami, mba Yanti, kawan UNNES yang memang terlihat ramah dan enak diajak bercandaan. Kawan yang lain, dari UGM, UNS, UNY, UB, UNDIP, sampai dari Universitas Padang pun ada dalam musykernas ILDKB ini. Hahay, tak kira, nasional ini memang kumpulan orang, mungkin tambah kawan lain daerah, akan memudahkan kita dalam mencari tumpangan jika kita berkepentingan di daerah kawan kita, hahay.
            And than, sampai di Fakultas Bahasa dan Seni – FBS nya UNNES. Kami segera digiring ke aulanya FBS, dan duduk mendengarkan seminar hari pertama.
             Nampak semangat dibuka dengan lantunan ayat qur’an yang menggema dengan apiknya. Ee buset, subhanallah, pelantun qur’an itu ternyata anak yatim piatu yang masih kelas tiga dan dia berhasil menghafal seluruh isi qur’an beserta artinya. Subhanallah, makin jadi tamparan ya buat kita-kita yang sibuk menggemakan, “Untuk umat, untuk umat.” Namun tidak sama sekali memikirkan memberikan mahkota dan singgasana emas untuk kedua orangtua di akhirat nanti. Astagfirulloh.
            Dilanjutkan seminar motivasi dari Pak Shol, yang punya buku zero to hero, deadline your life, dan masih banyak lagi seri motivasi keluaran alumnus UNNES ini. And than, ya si, tergerak hatinya saat mengikuti motivasi, but, loyo setelah sang motivator itu melenggang jauh meninggalkan aula. Haha, motivasi itu dari diri sendiri, pasti tergerak sendiri untuk melakukan kehendak hati, so, motivasi diri sendiri menuju hal yang positif.
            Ditutup dengan teater kolaborasi berbagai UKM yang ikut andil dalam penyambutan kami. Dan kemudian, pulang ke mess dan istirahat. Bersiap untuk berpusing-pusing ria dalam musyawarah kerja nasional ILDKB esok hari.
            “Oh, okay, gini saja, besok temen-teman akan kita ajak jalan-jalan. Kalau memang mobilnya tidak bisa. Nyante saja, yang penting acara tetap berjalan lancar.” Terdengar suara akhwat sholi itu tengah berbicara di telpon. Rupanya ada satu kendala yang membuat para panitia UNNES itu memutar cara dan mendapatkan hasilnya. Beres.
***
            Tiga dini hari itu, kami dibangunkan untuk bergunduh-gunduh rasa. Untuk mengungkapkan sebenarnya apa sih, permasalahan yang dialami oleh lembaga dakwah di kampus masing-masing peserta ILDKB. Dan berusaha bersama memecahkan masalah tersebut.
            UGM memulai, “Iya, kalau di UGM sendiri, susah untuk memasuki dakwah. Pertama, kita sulit berdamai dengan anak-anak UGM pada umumnya. Tau sendiri kan FBS nya UGM, di kampus tengah malam pada genjreng-genjreng sambil pada bawa ciu, nah, paginya pasti botol-botol mereka berserakan di kampus, itu yang buat susah untuk amar ma’ruf nahi munkar di UGM.
            Ditambah lagi kita anak-anak Rohis UGM, susah banget buat masuk ke politiknya BEM di UGM, ya orang-orang seperti itu lah, yang punya visi yang sama dengan mereka, yang mereka rekrut dalam BEM tersebut. Contoh kecilnya aja, saat oprek panitia ospek, kita udah daftar, dan setelah dilihat riwayat organisasinya Rohis UGM, langsung ga ada yang lolos satu pun jadi panitia ospek.” Terangnya membuat kami yang baru saja merintis dakwah di FIB Unsoed itu pun tak habis pikir, susahnya akan seperti itu.
            Tak ada masalah rohis di UB dan UNS, hanya saja ketika kami ditanyakan masalah kami, aku segera menceritakan, “Ya itu, masalah kami itu pengkaderan. Merekrut ikhwannya itu susah banget. Dan sampai saat ini ketua UKI FIB itu perempuan. Dan alhamdulillah, dengan usaha keras akhwat FIB, kita mendapat sambutan dari empat ikhwan yang mau bergabung membela agama Allah ini.
            Terus, respon dari anak-anak yang kommen kerudung anak-anak UKI lebar-lebar ya .. nah, si Syeila ini, melakukan inovasi, biar pun kerudungnya lebar tapi masih dimodel mengikuti gaya kekinian, terus aku mah langsungan aja yang pantas menutup dada, ga ribet dan ga terlalu menjulur .. itu aja si.”
            “Wah, berat ya di UGM .. disabarin aja, dan ketika di dalam sudah kuat dan hatinya sama-sama menyatu, tunggu saja pasti Allah akan membantu. Terus yang buat Unsoed, jangan patah semangat. Masuk ke lini politik kampus, biar UKI FIB bisa menjadi meraknya UKI untuk menarik anak-anak FIB yang ada di sana.” Huh, Cuma gitu, kommen dari mediator. But, alhamdulillah dini hari itu, kami lanjutkan untuk istirahat ria lagi.
            Eits, kebiasaan mabit anak UKI pasti qiel bareng, maksudnya qiamul lail bareng, tahujatan bersama.
***
            Esoknya benar kiranya. Matahari menyinarkan vitamin penguatan. Kami akan berjalan-jalan ria, melihat pemandangan yang ada. Yeyey, sudah bersih, kece dan cantik. Cus, kita jalan-jalan.
            Melewati rumah-rumah warga yang berada di sekitar UNNES. Kemudian berselfie ria mengabadikan sebuah kesenangan baru. Terus berjalan, sambil bercanda ria. Dan perlahan, keringat-keringat yang mungkin kalau dirasa rasanya asin, hehe. Coba kali kalau ga asin, katanya mau meninggal. Hahay, percaya mitos aja, oh NO! Hehe.
            Kemudian melewati kampus ekonominya UNNES, yang kalian tahu, terdapat usaha-usaha milik mahasiswa, berupa butik, kemudian minimarket, dan lain sebagainya, yang merupakan bukti praktiknya anak ekonomi. Nah, Unsoed, lumayan lah sudah ada Bursa Kampus, milik anak ekonomi dan bisnis yang memang dilatih untuk mengembangkan usaha di sana.
            And than, berjalan terus sampai menemui masjid besarnya UNNES, masjid yang menjadi bangunan selamat datangnya kampus UNNES. Subhanallah, bangunan selamat datangnya saja, masjid sebagus ini, bagaimana isi dari mata kuliahnya ya, semoga tak melancong jauh dari bangunan selamat datang ini.
            Kami segera digiring untuk menuju aulanya anak teknik. Dan subhanallah lagi motivasi di bawah kata-kata fakultas teknik itu, Sciene without Religion is blind, Religion without sciene is lame.
            Sains tanpa agama itu buta, agama tanpa sains itu tak bisa dibuktikan. Jadi keduanya adalah harmoni. Dan saling melengkapi satu sama lain. Wah, jadi pengin melahap lagi isi al-qur’an dan menghubungkannya dengan sains atau kejadian real sekitar.
            Sesampai di sana. Sudah disambut dengan senyum ramah yang mengembang. Kemudian berbanyol-banyol ria untuk menuju agenda yang lebih serius lagi. Pemanasan. Masuk ke agenda awal adalah pemilihan presidium untuk memimpin jalannya musykernas. Yap, yap, yap .. tentunya perwakilan dari UNNES ada yang mewakili, kemudian ditunjuk dari Unsoed, dan terakhir ketua ILDKB nya sendiri, yang menegerti seluk beluk ILDKB akan dibawa kemana.
            Biasa, dimana-mana, di organisasi mana pun pasti yang dibahas pertama adalah Undang-undang organisasi, tata tertib, dan baru program kerja yang akan dilaksanakan. Yap, silakan lah yang suka berargumen ria, saya mah tak mengerti tentang urusan begituan. Saya hanya tahu EYD yang baik dan benar, ya mungkin seputar itu yang bisa saya luruskan. Hahay, ga enak banget ya, pakai saya-saya an biasanya juga pakai aku, hehe.
            And the last agenda, setelah berpusing-pusing ria membenahi kata yang ada dalam UU, tata tertib dan proker yang di save pada kopdar selanjutnya. Kami pun di ajak untuk mengelilingi UNNES dan bercengkrama dengan anak UNNES tersebut. Mantap. Berselfie ria yang hasilnya tak ku kira, anak ILDKB ternyata cantik-cantik. Hahay.
***
            Sudah dua hari, kami berada di UNNES. Dan hari ketiga ini sebenarnya tak banyak agenda yang akan kami kerjakan. Karena pembahasan tentang musykernas juga sudah akan pada prokernya, dan dalam pertemuan berikutnya atau kopdar – kopi darat di UNS dibahas proker ILDKB selanjutnya.
            Huh, cape nian. Tapi, not .. untuk hari terakhir. Waktunya kami untuk berwisata ria ke lawang sewu. Oh, know, tau kah kalian. Ternyata lawang sewu itu bekas stasiun belanda yang super keren arsitekturnya. Dengan perancangan bangunan yang tahan debit air berlebih. Sampai pendingin yang dibuat sealami mungkin, tanpa AC atau sudah adem untuk ukuran kota Semarang. Wah, tau kan, Semarang kaya gimana, puanase poll. Tapi di lawang sewu, terasa dingin.
            Bersamaan dengan wisata itu, bersamaan pula, anak-anak Unnes ILDKB mengantar kami untuk menuju terminal dan stasiun. Tapi perkiraan mereka salah, kami tidak pulang sedini itu. Tertera pukul lima sore, kereta yang kami pesan. And than, anak Univ lain udah pada pulang. Tinggal Unsoed sendiri yang kembali lagi ke Unnes. Tapi, tak masalah. Serambi menunggu kami seperti dibelikan makanan oleh anak-anak UNNES,
“Eh, ga enak ni .. ini kan ga termasuk anggaran. Aduh, udah dipesenin semua lagi. Gimana ni, ga enak nolaknya. Kalau mereka yang bayarin ya tekor kas mereka. Kita juga tahu gimana kempisnya kas organisasi.” Curah mba Azimah bisik-bisik. Takut, anak UNNES nya denger.
“Ya udah, iuran aja, pakai uang siapa dulu, yang kebetulan bawa banyak. Diem-diem kita pesenin juga ke mereka makanan, sekaligus kita bayarin semua. Gimana?” usul Rose yang memang dia lah orang yang membawa uang lebih itu. Semua setuju sambil berbisik, agar skenario ini bisa berjalan dengan baik. Haha, kaya apa aja.
Setelah drama itu berjalan dengan apiknya. Wah, kaya apa aja. Ukhuwah ini terbina dengan sangat indah. Mereka yang sudah ketar-ketir akan makanan kami yang bejibun, ditambah lagi kami memesankan makanan untuk mereka. Wah, mungkin bonjrot-bonjrot.
Kami tak sedikitpun memberi tahu mereka bahwa pesanan sudah dibayar semua. Segera kami meminta untuk dipesankan taksi. Dan tepat sekali, taksi itu datang ketika kami selesai makan, dan pesanan mereka baru datang. Kami pun berpamit ria, saling melepas kawan. Dan langsung menuju ke stasiun. Tak lama kemudian sebuah message masuk ke ponsel mba Azimah,
Subhanallah, ukhti. Kami tidak mengira akan ditraktir seperti ini. Padahal sebelumnya kami yang berniat akan mentraktir semua, tapi malah ukhti-ukhti ini yang menaktir kami. Terima kasih ya, ukh. Semoga menjadi amal jahriyyah dan mengikat silaturahmi kita. Salam ukhuwah, ILDKB UNNES
Subhanallah juga, wah, ukhuwah ini makin mengingatkanku untuk banyak bersilaturahmi. Tuhan menciptakan bermilyar-milyar orang. Masa kita yang juga ciptaannya tak bertegur sapa, hehe, intropeksi aja. Pulang.
            Dan tak terasa ya, udah mau UAS aja dan naik ke semester berikutnya. Okay, cerita kali ini cukup sekian dulu ya. Bakal ada cerita-cerita yang mesti kalian kepo ini, di novel KEPO KAMPUS. Dadadahhh ..
            Terima kasih telah membaca, telas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar