PEMIRA, BAWASRA
Rapat
pemira malam ini, aku datang agak terlambat. Memang seperti biasa juga
terlambat. Annisa sudah ada di sekre DLM.
Rupanya
wildan juga membawa partner yang sedari rapat kemarin diceritakannya, “Irshan.”
ramahnya, aku seperti kenal dengan sosoknya.
“Irshan
yang di DM kammi kan?” penasaranku. Dia yang mengajakku bermain-main dengan candaannya
tak mengaku. Tapi, setelah lama tertawa-tawa akhirnya dia mengaku juga.
Aku aneh
pada diriku sendiri, kenapa aku tak bisa mengingat orang dengan tepat ya ..
kenapa lama sekali aku bisa menghapal nama.
Dua
tahun dulu, ketika aku di Sakura .. kalian tahu kan ruang apa itu? Akh, tak
usah diperjelas lagi ya .. kejut-kejut listrik itu menjadi makanan sehari-hari
yang diterapikan oleh pengobatan tersebut. Dalih mereka satu, mereka ingin
menghilangkan sebagian memori sedihku, supaya aku tidak melulu mengingat
masa-masa aku disendirikan oleh kawan-kawanku. Haduh, malah berdampak sampai
sekarang, lupa nama dan sulit mengingat nama. Tapi anehnya, untuk makul tetap
saja hapal hingga detail-detailnya.
“Sya,
sama Shan .. nanti bakal ada calon yang bakal registrasi, nah kalian kepo in
mereka tapi jangan sampai ketahuan. Cari tahu tentang mereka. Dan kalau dapat
info apapun kita diskusikan bareng. Itu masuk pelanggaran atau ga.” atur
Wildan, ketika kami sedang bercanda. Wildan, ketua bawasra, dia sangat antusias
dengan pemira ini.
“Okeh,
tenang aja. Berapa sih calonnya?” tenang Irshan lagi-lagi kepo dengan calon
presiden BEM Unsoed.
“Belum
tahu, sampai nanti malam perpanjangan batas pendaftaran. Dan sampai menit ini
belum ada yang mendaftar.” ringannya.
“Nah terus,
kalau ga ada yang daftar gimana?” kepoku bingung dengan kinerja yang belum
menarik para penguasa itu.
“Ya
terpaksa, aklamasi, lawan kotak kosong. Jadi kalau ada satu yang daftar, pemira
aklamasi. Berdoa aja, ada yang daftar.” sugesti Wildan.
Annisa
masih sibuk berkenalan dengan kawan barunya. Dia sibuk mengakrabkan diri, “Eh,
sya .. dari tadi bawasra ngumpul disini?” mengagetkan kami yang sedang mengatur
siasat.
“Eh,
kamu, sa. Sini gabung. Udah tau kan, nanti malam batas pendaftaran calon
presbem, nah .. kita bakal kepo in calon itu. Eh, itu-itu mungkin calonnya.
Siap-siap!” aturnya.
Tegaknya
membuat kami tak mengerti, belia ini mau apa. Dia tergugup ketika melihat rapat
kami yang terhenti. Kemudian berusaha untuk meminta berkas baru karena berkas
lama yang dimintanya, menurutnya tak memenuhi syarat pemira, katanya ada yang
kurang. Sehingga ia meminta yang baru.
Namun, lucunya di pendaftaran itu, malam yang semakin
larut itu menguakkan banyak lelucon. Belia itu kembali dengan membawa dua berkas
pemimpin. Satu atas nama Hari, dan satu lagi atas nama Ali. Kedua-duanya adalah
ketua kammi di dua komisariat. Haduh, perang lawan saudara ni.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar