Minggu, 10 April 2016

PEMIRA, BAWASRA



PEMIRA, BAWASRA

            Rapat pemira malam ini, aku datang agak terlambat. Memang seperti biasa juga terlambat. Annisa sudah ada di sekre DLM.
            Rupanya wildan juga membawa partner yang sedari rapat kemarin diceritakannya, “Irshan.” ramahnya, aku seperti kenal dengan sosoknya.
            “Irshan yang di DM kammi kan?” penasaranku. Dia yang mengajakku bermain-main dengan candaannya tak mengaku. Tapi, setelah lama tertawa-tawa akhirnya dia mengaku juga.
            Aku aneh pada diriku sendiri, kenapa aku tak bisa mengingat orang dengan tepat ya .. kenapa lama sekali aku bisa menghapal nama.
            Dua tahun dulu, ketika aku di Sakura .. kalian tahu kan ruang apa itu? Akh, tak usah diperjelas lagi ya .. kejut-kejut listrik itu menjadi makanan sehari-hari yang diterapikan oleh pengobatan tersebut. Dalih mereka satu, mereka ingin menghilangkan sebagian memori sedihku, supaya aku tidak melulu mengingat masa-masa aku disendirikan oleh kawan-kawanku. Haduh, malah berdampak sampai sekarang, lupa nama dan sulit mengingat nama. Tapi anehnya, untuk makul tetap saja hapal hingga detail-detailnya.
            “Sya, sama Shan .. nanti bakal ada calon yang bakal registrasi, nah kalian kepo in mereka tapi jangan sampai ketahuan. Cari tahu tentang mereka. Dan kalau dapat info apapun kita diskusikan bareng. Itu masuk pelanggaran atau ga.” atur Wildan, ketika kami sedang bercanda. Wildan, ketua bawasra, dia sangat antusias dengan pemira ini.
            “Okeh, tenang aja. Berapa sih calonnya?” tenang Irshan lagi-lagi kepo dengan calon presiden BEM Unsoed.
            “Belum tahu, sampai nanti malam perpanjangan batas pendaftaran. Dan sampai menit ini belum ada yang mendaftar.” ringannya.
            “Nah terus, kalau ga ada yang daftar gimana?” kepoku bingung dengan kinerja yang belum menarik para penguasa itu.
            “Ya terpaksa, aklamasi, lawan kotak kosong. Jadi kalau ada satu yang daftar, pemira aklamasi. Berdoa aja, ada yang daftar.” sugesti Wildan.
            Annisa masih sibuk berkenalan dengan kawan barunya. Dia sibuk mengakrabkan diri, “Eh, sya .. dari tadi bawasra ngumpul disini?” mengagetkan kami yang sedang mengatur siasat.
            “Eh, kamu, sa. Sini gabung. Udah tau kan, nanti malam batas pendaftaran calon presbem, nah .. kita bakal kepo in calon itu. Eh, itu-itu mungkin calonnya. Siap-siap!” aturnya.
            Tegaknya membuat kami tak mengerti, belia ini mau apa. Dia tergugup ketika melihat rapat kami yang terhenti. Kemudian berusaha untuk meminta berkas baru karena berkas lama yang dimintanya, menurutnya tak memenuhi syarat pemira, katanya ada yang kurang. Sehingga ia meminta yang baru.
Namun, lucunya di pendaftaran itu, malam yang semakin larut itu menguakkan banyak lelucon. Belia itu kembali dengan membawa dua berkas pemimpin. Satu atas nama Hari, dan satu lagi atas nama Ali. Kedua-duanya adalah ketua kammi di dua komisariat. Haduh, perang lawan saudara ni.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar