Minggu, 10 April 2016

Antonimi

Antonimi

1.  Pengertian Antonimi
Kata Antonimi berasal dari kata Yuniani kuno, yaitu Onoma yang artinya “nama”, dan Anti yang artinya “melawan”. Harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula. Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai: Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata Laki-laki berantonim dengan perempuan, mati berantonim dengan hidup, utara berantonim dengan selatan, jauh berantonim dengan dekat, dsb. Dilihat dari jumlah pasangan dan sifat perlawananannya, antonimi dapat dibedakan menjadi antonimi biner dan antonomi nonbiner, antonimi bergradasi dan antonimi tak bergradasi, antonomi orthogonal dan antipodal, antonimi direksional dan antonomi relasional. Adapun masing-masing jenis antonomi tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a.    Antonimi Biner dan Antonimi Nonbiner
Antonimi biner (binary apposition) adalah perlawanan yang beranggotakan dua buah kata. Perlawanan antara hidup  dan mati laki-laki dan perempuan, jantan  dan betina adalah perlawanan biner. Kutub perlawanan biner tidak bersifat continous.
Diantara hidup dan mati, laki-laki dan perempuan tidak memungkinkan ada kata atau anggota pasangan yang lain. Didalam logika tradisional, perlawanan nonbiner sejajar dengan konsep kotrakdiksi (contradictory). Kontradiksi adalah konsep perlawanan yang membagi kesemestaan wacana menjadi dua bagian. Apabila dikatakan bukan X pasti Y. Sebaliknya bila hal itu dikatakan Y, hal itu pasti X. Bila suatu entitas dikatakan mati, entitas itu pasti tidak hidup. Demikian pula bila sesuatu dikatakan laki-laki atau jantan, serta itu pasti bukan perempuan atau bukan betina. Sehubungan dengan ini, Parker (1986: 36) mendefinisikan pasangan perlawanan ini sebagai “pairs that exhaust all possibilities a long the scale”. Oleh karena itulah, kalimat berikut tidak terterima dalam bahasa indonesia.
-          Hendra lebih laki-laki dibandingkan Eka.
-          Ani lebih betina daripada Tina.
Apabila di dalam bahasa Indonesia ditemukan pemakaian lebih hidup, setengah mati, lebih jantan, dsb. Hal ini bersangkutan dengan makna sekunder bukan makna primer, seperti terlihat dalam kalimat berikut:
-          Pukulan kirinya kini lebih hidup
-          Hadapilah dengan sikap yang lebih jantan
-          Ani bekerja setengah mati
Lyon (1868: 460) menyebut antonimi biner dengan antonimi komplementer karena sifat-sifatnya saling melengkapi.
Antonimi nonbiner adalah antonimi yang anggota-anggota pasangannya lebih dari dua. Antara dingin dan panas sepanjang skalanya masih memungkinkan diberi anggota-anggota lain, seperti hangat dan sejuk sehingga didapatkan gambaran skala seperti berikut:
            Panas              hangat                        sejuk              dingin
Berbeda dengan antonimi biner , antonimi nonbiner, pengingkaran salah satu anggotanya tidak mengimplikasikan secara mutlak anggota-anggota pasangannya yang lain. Kalau dikatakan bahwa “air ini tidak panas” berarti “air itu dingin”. Sebaliknya kalau dikatakan “air itu tidak dingin” tidak harus berarti “air itu panas”, dsb. Di dalam logika tradisional, pertentangan ini disebut kontras (contrary). Berbeda dengan antonimi biner, rentang kutub oposisi nonbiner bersifat continous. Di antara dahulu dan sekarang ada sejumlah kata yang dapat disisipkan, seperti barusan, kemarin, kemarin dulu, tempo hari, dsb.
Bila nama-nama bulan dianggap sebagai pasangan antonim maka oposisinya bersifat nonbiner. Di antara rentang kutub januari dan desember terdapat anggota-anggota yang lain, yakni Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, dan November. Bila nama-nama istilah kekerabatan yang dipermasalahkan, oposisinya juga bersifat nonbiner karena kalimat itu bukan kakek saya tidak ada keharusan bahwa itu nenek saya, tetapi mungkin pula ibu, ayah, adik, kakak saya, dsb. Anggota pasangannya nama bulan (Januari, Februari, Maret, dst.) dan nama hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dst.), sifat berdaur (cylic), sedangkan antonimi kata-kata kekerabatan, sifatnya tak berdaur (noncylic).


b.   Antonimi Bergradasi dan Antonimi Tak Bergradasi
Antonimi bergradasi adalah perlawanan yang berjenjang atau bertingkat (gradable opposite) sehubungan dengan sifat-sifat relatif makna kata-kata yang berlawanan itu. Perlawanan kata panas dan dingin, tinggi dan rendah, panjang dan pendek, dsb. Adalah perlawanan yang bergradasi sehubungan dengan mungkinnya orang mengatakan lebih panas, lebih dingin, lebih tinggi, lebih rendah, lebih panjang dan lebih pendek. Untuk itu, dapat diperhatikan kalimat berikut:
·         Air ini lebih (a.panas /b.dingin) daripada yang ada di dalam kendi itu
·         Tembok ini lebih (a.tinggi/b.rendah) dibandingkan dengan tembok rumah saya.
·         Jalan ini lebih (a.Lebar/b.sempit) daripada jalan di kampung saya.
Menurut Palmer (1982: 94) salah satu anggota pasangan antonimi bergradasi ini bersifat tertanda (marked) dan yang lainnya bersifat tak tertanda (unmarked). Anggota pasangan tak teertanda dapat digunakan untuk menanyakan atau menggambarkan tingkat kualitas suatu benda. Akan tetapi, anggota pasangan tak tertanda tidak dapat digunakan untuk keperluan ini. Tinggi, panjang dan lebar adalah anggota pasangan tak tertanda karena kata-kata ini dapat digunakan untuk menanyakan tingkat kualitas suatu benda, seperti “berapa tinggi orang itu?”, “Berapa panjang gang itu?” dan “Berapa lebar kamar tamumu?” sebaliknya rendah, pendek dan sempit  adalah anggota pasangan tertanda karena tidak lazim orang menanyakan keadaan suatu benda dengan kalimat tanya, “Berapa rendah orang itu ?, ”Berapa pendek gang itu?, dan Berapa sempit kamar tamumu?.
            Antonimi yaang tak bergradasi adalah perlawanan tak bertingkat atau tak berjenjang (ungradable opposite). Kata nenek dan kakek, ayah dan ibu, membeli dan menjual, hidup dan mati, laki-laki dan perempuan, dsb. Adalah tipe antonimi tak bergradasi karena relasinya tidak bersifat relatif. Dari pasangan-pasangan ini tidak diperoleh bentuk “lebih nenek, lebih kakek, lebih ibu, lebih membeli, lebih menjual, lebih hidup, lebih mati, dsb.
c.    Antonimi Orthogonal dan Antonimi Antipodal
Antonimi Orthogonal adalah perlawanan yang oposisinya tidak bersifat diametrik. Kata Utara berantonim secara orthogonal (nondiametris) dengan semua arah  mata angin  lainnya. Kecuali dengan Selatan, yakni Timur Laut, Timur, Tenggara, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Demikian pula timur laut berantonim secara orthogonal dengan semua arah mata angin lainnya kecuali dengan barat daya.
Antonimi antipodal adalah perlawanan makna yang oposisinya bersifat diametrik. Kata Utara berantonimi antipodal dengan Selatan, Timur Laut dengan Barat Daya, Timur dengan Barat, dan Tenggara dengan Barat Laut.
d.   Antonim Direksional
Antonimi Direksional adalah perlawanan makna yang oposisinya ditentukan berdasarkan gerak menjauhi dengan mendekati suatu tempat. Kata pulang dan pergi, ke sana dan ke mari, serta datang dan pergi masing-masing adalah pasangan antonimi yang bersifat direksional. Pulang dan ke mari, dan datang adalah gerak mendekati pembicara, sedangkan pergi, dan ke sana adalah gerak menjauhi tempat pembicara. Dalam bahasa Inggris, pasangan kata go dan back, dan take, dan bring termasuk perlawanan direksional. Go dan take berhubungan dengan gerak menjahui tempat pembicara, sedangkan back dan bring berhubungan dengan gerak mendekati pembicara
e.    Antonimi Relasional
Antonimi relasional adalah perlawanan yang oposisinya bersifat kebalikan atau kosok balen (converrness) misalnya suami dan istri, membeli dan menjual, memberi dan menerima, dsb. Bila dikatakan Jono suami Inen, Ati membeli dari Anton, Anik memberi Ratno, dsb. Kalimat ini membawa konsekuensi bahwa Inen adalah istri Jono, Anton menjual kepada Ati, Retno menerima dari Anik. Contoh-contoh yamg lain misalnya, orang tua dan anak, adik dan kakak, di atas dengan di bawah, di muka dan di belakang, Timur dan Barat, Utara dan Selatan, dsb.
Beberapa istilah kekerabatan masih membutuhkan tambahan komponen semantik jenis kelamin (sex) di dalam membentuk oposisi relasional, seperti ayah dan anak, ibu dan anak, kakek dan cucu, paman dan kemenakan, bibi dan kemenakan. Kalau dikatakan Anton adalah anak saya, tidaklah secara pasti membawa konsekuensi bahwa saya adalah ayah Anton, tetapi mungkin pula saya adalah ibu Anton. Kalau dikatakan bahwa Anton kemenakan saya, juga tidak membawa konsekuensi mutlak bahwa saya adalah paman Anton, mungkin pula saya adalah paman Anton, mungkin pula saya adalah bibi Anton.
Oposisi relasional antara membeli dan menjual, suami dan istri, memberi dan menerima, anak dan orang tua, Utara dan Selatan, depan dengan belakang, dsb. Bersifat spontan. Hal ini berbeda dengan relasi bertanya dan menjawab, menawarkan dab menerima, menawarkan dan menolak, spontan “Amir mejual kepada ayah; bila dikatakan “dia orang itu say”, maka secara otomatis “saya adalah anaknya, dst. Akan tetapi bila dikatakan “saya bertanya kepada ali” tidak secara otomatis “Ali menjawab pertanyaan saya”; bila dikatakan “pemerintah menawarkan beasiswa itu kepada saya”, tidak secara otomatis “saya menerima beasiswa dari pemerintah itu”, antara bertanya dan menjawab, menawarkan dan menerima, serta menawarkan dan menolak tidak terjadi secara spontan, tetapi hubungan yang memiliki tenggang waktu. Menurut Palmer (1984: 99) hubungan semacam ini disebut hubungan temporal (temporal Relationship).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar