Minggu, 10 April 2016

denotasi dan konotasi

denotasi dan konotasi

Pengertian Makna Denotasi
Denotasi cenderung digambarkan sebagai makna yang jelas atau makna yang sebenarnya dari sebuah tanda. Dalam tanda-tanda ilmu bahasa, makna denotatif merupakan apa yang dijelaskan dalam kamus. Bagi sejarawan seni Erwin Panofsky, ”makna denotasi dari sebuah representasivisual image adalah gambaran image yang oleh seluruh pengamat dari berbagai budaya dan kurrun waktu dapat dikenali. Meskipun sebagian definisi menimbulkan issue”. Makna denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda.
            Menurut Fiske (2004:93), “Denotasi kadangkala dianggap sebagai sebuah digital code yakni suatu kode dimana penanda maupun petanda jelas terpisah dan konotasi sebagai analogue code yaitu kode yang bekerja dalam suatu skala kontinyu”.
            Menurut Spradley dalam Pilliang (1999:20), “Makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial)”. Pilliang (1998:14) mengartikan makna denotatif adalah hubngan ekspilisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pentandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya juga dicatat seperti merah, kuning, biru, putih, dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan. Dengan kata lain, denotasi dapat merupakan sebagai kata yang memiliki arti sesuai dengan apa yang ada didalam Kamus Bahasa Indonesia, yang dapat merupakan makna sesungguhnya atau makna yang sebenarnya dari apa yang tertulis dan dilihat.
Contoh lainnya seperti Coca-Cola merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Company, dengan warna kecoklatan dan kaleng berwarna merah.

Pengertian Makna Konotasi
Dalam catatan Pilliang, istilah “konotasi dipakai untuk menunjuk pada asosiasi-asosiasi sosio-kultural dan personal (ideologi, emosi, dan sebagainya) dari tanda. Biasanya akan berkaitan dengan kelas atau status sosial, usia, gender, etnisitas, dan sebagainya dari interpreter”. Tanda konotasi lebih terbuka untuk beragam interpretasi dalam bentuk konotasi daripada denotasi.
      Spradley dalam Pilliang (1999:20), “Konotatif meliputi semua signifikansi sugestif dari simbol yang lebih daripada referensialnya”. Menurut Pilliang (1998:17), “Makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi”. Sebagai contoh seperti, gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagian. Tetapi sebaliknya, tersenyum bisa juga diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula.
 Dalam pandangan Williamson dalam Pilliang (1999:20) pada teori semiotika, “iklan menganut prinsip peminjaman tanda sekaligus peminjaman kode sosial. Misalnya, iklan yang menghadirkan bintang film terkenal, figur bintang film tersebut dipinjam mitosnya, ideologinya, imagenya, dan sifat-sifat glamournya dari bintang film tersebut”.
Makna konotatif dapat bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari makna umum yaitu denotatif. Maka dari itu, Berger dalam Tinarboko (2008) mencoba membandingkan antara konotasi dan denotasi sebagai berikut:
KONOTASI
DENOTASI
·         Pemakaian figur
·         Petanda
·         Kesimpulan
·         Memberi kesan tentang makna
·         Dunia mitos
·         Literatur
·         Penanda
·         Jelas
·         Menjabarkan
·         Dunia keberadaan atau eksistensi
Perbandingan antara konotasi dan denotasi
Sumber: Arthur Asa Berger. Dalam Tinarbuko (2008:264)

Konotasi juga bisa dikatakan sebagai sebuah emosi atau perasaan yang diyakini oleh sekelompok orang. Sehingga konotatif dapat merupakan sebuah makna kiasan dari denotasi itu sendiri atau makna yang bukan sesungguhnya. Akhirnya makna konotatif dari beberapa tanda akan menjadi semacam mitos atau petunjuk mitos (yang menekankan makna-makna tersebut) sehingga dalam banyak hal (makna) konotasi menjadi perwujudan mitos yang sangat berpengaruh.
Contoh lainnya adalah Coca-Cola merupakan minuman yang identik dengan budaya modern, dimana Coca-Cola menjadi salah satu produk modern dan cenderung kapitalis. Dengan mengonsumsi Coca-Cola, seorang individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki pemikiran budaya populer. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar