Kita siap SBMPTN, lho!
“Sya, Ma .. kalian belajar buat
SBMPTN?” mulai Ika mengaktifkan sinyal on bingung pada kepusingan siang ini.
Hari ini rumah Ama, terasa sangat
panas, udara sejuk kian mengintip, tapi hanya mengintip saja, tak masuk ke
dalam rumah putih yang penuh dengan hiasan kapalnya. Entah kenapa, banyak
sekali, ornamen-ornamen kuno yang menggambarkan tentang pelayaran. Entah, Ayah
Ama sedang berlayar atau Ama sendiri yang akan berlayar.
“Guys, Ama tak tahu ni, harus terus
kuliah atau tidak?”
“Lho kenapa Ama, bukan kah kamu
ingin kuliah sejak kelas sebelas. Kamu yang menggembar-gemborkan semangat untuk
meneruskan pendidikan. Jadi orang kalau kamu lulus, ma.” Semangat Ika
meyakinkan.
“Aku ga yakin, saudara aku di Batak,
dia tiga kali ikut SBMPTN, tak lulus-lulus. Pusing aku mendengarnya, dia
menakut-nakutiku. Katanya soalnya bikin sakit perut, lingkarannya tak bisa
dilingkari, dan mesinnya eror sehingga jarang ada yang lolos pendidikan
tinggi.” keluh saudara bataknya yang dilogat biasa oleh Ama. Jarang dia berkata
kau, darah jawanya masih kental dengan aku. Dan kadang kita, anak SMANRA
berngapak-ngapak ria melogatkan khas medok kita. Ngapa isin-isin, inyong kuwi wong Banyumas, Purwokerto asli.
Ngapak-ngapak lah ..
“Fian ikut les bimbel, kita daftar
yuk!”
“Ngapusi bimbel iku, gawe dewek ndak
gigih dalam belajar. Wis susah bimbel-bimbel lan .. kita sinau karo facebook, karo buku psikotes sing nggo
kerja, karo sinau buku-buku dewek sing nggo UN. Ko rep mlebu ndi?” wah, Ika
pindah aliran ni, yang tadinya lancar berbahasa Indonesia sesuai ejaan yang
disempurnakan. Sekarang kembali memeluk bahasa ibu. Oke, ngapak-ngapak an. Ora ngapak
ora kepenak. Monggo ..
Interupsi, Ama juga mau pake kau-kau
an jadi orang batak, yang memakai kau ini .. sudah belajar belum, dengan nuansa
melayu yang mendayu-dayu, mirip siti nurbaya, sastra lama, haha ..
Aku hanya, ya terserahlah, yang
penting rame .. haha.
“Koe, rep meng ndi? Nang univ mrene
wae?” ngapak Ika, orang Banyumas asli.
“Inyong, ya kon rama-biyung nang
mrene wae. Ya wis, unsoed lah, purwokerto bae. Lha, batir-batir pada nang ndi?” sahutku, yang
juga nampak fasih mengoko, sepantaran, bolehlah berjawa lucu.
“Eh, kau ini. Aku di daerah sendiri
saja tidak diterima masa masih mau disini terus. Ganti, aku ganti. Aku malah
disuruh orang tua disuruh rantau yang jauh sekalian. Aku mau daftar lagi di
Jogja.”
“Koe, ka? Rep nang ndi?”
“Inyong melu Ama lah, masa seumur
idup, nang Purwokerto bae, kapan ndeleng liyane. Daerah liyane mbok ana sing
lewih adem. Haha.” ngapaknya keluar semua. Aku dan Ika memang sepenuhnya dapat
ber-ngapak ria. Namun, Ama yang memang kebetulan keturunan Batak, dan beribu
jawa, sehingga baru kali ini mencoba mengembalikan kebatakannya, biasanya Ama
lembut kok.
“Inyong, arep ngerti .. carane
dhewek karo carane Fian melu bimbel, ampuh sing ndi .. yuh lah, giat. Koe wingi
melu simak UI mbok, terus koe, Ama ngesuk arep melu seagamas UGM mbok. Nyong
ndue, soal STAN karo SBMPTN sekang iko wongso ganu. Mrene, kumpulna, dhewek goleti
jawabane.”
“Oya, nang facebook be soale
mambrah-mambrah. Pantengi bae, takon bae angger ra ngerti, nantik bangeting
ngerti. Wis kancaan mbok karo group kue?” nyala Ika, ketika mimpinya harus
terealisir. Mereka sama-sama berjuang keras.
“Pelajari sejarah Indonesia, sekang
presidenne ana kabinet apa bae. Terus trikora, kebijakan pemerintah, sing
fiskal karo moneter apa bae, waca maning pemberontakan lan G30S-PKI. Geografi
sing bangeting diapal, turbulensi, hidrologi, sakabehani tentang sing ana nang
geografi. UN ne mantep ya, SBMPTN ne be mantep. Inggris se, gramer, narative,
report, artikel inggris sing dawa, idiom, karo artine bahasa inggis kue.
Ekonomi kue penawaran-permintaan, terus laba, kebijakan juga ada, pajak sing
lewih penting.”
“Angger sing gampang nang angka,
numerial .. goleti angka sing meh pada, mbuh kesiji karo ketelu lipatan telu,
klowongi, terus dheleng liane sing lewih pas saka logika.”
“Persamaan atau antonim, sesuai karo
jurusan sing dipilih, dadi angger njikot sastra ya, dipelajari kosa kata sing
ana nang sastra, angger njikot psikologi ya dipelajari kosa kata tentang kuwe.
Ana kok, kosa kata kaya kuwe download bawe nang gadget te mesti ana. Tapi
nggolet sing ana wi-fi ne men gratisan, haha.” Entah sampai kapan kita akan
ber-ngapak-ngapak ria. Sesungguhnya aku suka diriku yang biasa saja, yang
menggunakan bahasa yang santai dan wajar. Wis, ya.
***
Beneran
hari yang di nanti pun tiba, pensil dua b sudah diraut dengan ketebalan biasa,
tak meruncing, tak pula menumpul, biasa. Aku, Ika dan Ama berjalan mantap
menuju tempat pembuktian.
Gerbang SMA Tri menjadi bukti bahwa kami telah memasuki
sebuah pergulatan sengit. Ambisi dan percaya diri yang penuh telah dicharger
sudah dari jauh-jauh hari. Me-registrasi kembali pendaftaran dan mencari
ruangan tempat kami membuktikan jerih payah mandiri.
Aku berada di bangsal 4 ruang S.21 karena aku mengambil
sastra di univ daerah sendiri. Sedangkan Ika dan Ima di bangsal 8 ruang P.22
karena mereka mengambil pariwisata di univ favorite di kota pelajar tersebut,
yakin sekali kami lolos.
Jeli, aku emat semuanya. Ku kerjakan numerik dahulu.
Langsung, dengan mantapnya menghitami lingkaran. Waktu telah diumumkan. Dan
kini segera ku lirik soal persamaan kata. Lumayan menyunggingkan urat senyum
dan lega semua yang telah dipelajari tertumpah. Rata-rata ada di kelas dua
semester dua, lanjut sampai kelas tiga seluruhnya.
Kemudian lanjut psikotes gambar. Tahu kah kau, dalam
gambar itu, terdapat satu gambar kunci yang dapat menjawab semuanya. Perhatikan
arah jarum jam, ketika kau dapati satu titik itu. Tak masalah untuk mengangkat
kertas ujian dan memutar-mutarnya hingga menemukan yang pas. Tak usah sekali
lagi bergulat hati, lingkari saja semantapnya.
Beralih pada secarik surat berbahasa inggris, dengan
berbagai cerita yang menakjubkan, baca dulu soalnya, baru membaca narative-nya.
Akan kau temukan dengan mudah kata yang sama, dan lingkari dengan lapang dada.
Kemudian grammer, sebelumnya aku sudah memasang 16 tenses terjejer rapi di
kamarku. Setiap pagi melihatnya, tak ku hapalkan, ku emati saja. Karena tak kan
edge
|
cog
|
tooth
|
extremity
|
gear
|
Sampun.
Karena kita tidak tahu, timming yang tepat untuk
mengerjakan soal SBMPTN itu ternyata relatif sangat singkat, maka cara mantap
dan langsung dihitamkan adalah cara yang ampuh tanpa terlebih dahulu bergulat
hati, begini .. jangan lingkari dulu,
koreksi dulu, ingat benar tambah empat dan salah kurangi satu. Jangan gegabah
..
Akh, kau tak tahu, masih tak ada yang selezat soal SBMPTN
ini, nikmati saja. Kita sudah berusaha, hanya tuhan yang akan memberi bonus
lebih .. and eng-ing-eng ..
Debar kami di depan laptop penentuan. Rapat nian tangan
kami dalam genggaman. Ika tak sabar membuka hasil, Ama tak ingin melihat
semuanya, dan aku yang mengoperasikan perangkat membuat debar semakin
bertenaga.
“Ayo, sya ..!” cepat Ika. Kemudian menaruh harap mendalam
pada sebuah kata lolos yang tak terduga.
“Siapa duluan ni?” tanyaku memantapkan keinginan hati
Ika, dia sebenarnya juga tak ingin segera mendapatkan hasilnya, tak ingin
tersiar perjuangannya. Namun hasrat kepo lah yang mendorong gadis bertubuh
montok ini untuk membuka hasilnya, “Okeh, aku duluan, sya!” pintanya.
Kemudian
memasukkan dan hasilnya ..
Benar-benar tak
bisa ku bendung air mata kecewa itu. Dia yang berkaca, aku yang sudah menangis
melihat hasil. Dan Ama yang malah tidak mau sama sekali melihat setelah
terbukanya hasil Ika. “Ga apa, ka .. kita masih bisa kok ikut yang terakhir, UM
PTN. Semangat!!!” setrumku.
Aku juga terdesak
kepo akan hasilnya, dan .. SELAMAT ANDA
DINYATAKAN SEBAGAI MAHASISWA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PADA PROGRAM STUDI
SASTRA INDONESIA .. what, oh no .. aku, LOLOS .. “Ilsya, selamat ya!”
kemudian memeluk satu sama lain. Dan giliran Ama yang tak kalah mendebarkannya,
dan takjub bukan main .. SELAMAT ANDA
DINYATAKAN SEBAGAI MAHASISWA UNIVERSITAS GAJAH MADA PADA PROGRAM STUDI
PARIWISATA .. wah, tak sia-sia kami, aksi saling peluk satu sama
lain, dan tangis buncah senang dan sedih bercampur. Ika tak kecewa akan hal
ini, “Tak ada yang perlu disesalkan, aku akan berusaha untuk menemanimu, ma ..
doakan aku!” katanya dengan peluk sangat hangat di antara kami bertiga.
Dan
tahukah nasib Fian seperti apa? dia harus berjuang lagi bersama Ika untuk
menentukan masa depan mereka. Ya, sudah. Berarti seri. Tak ada yang lebih
unggul dari keduanya, baik ikut bimbel ataupun otodidak. Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar