Minggu, 10 April 2016

Pemanduan Nusakambangan



Pemanduan Nusakambangan
            Desir pasir di pantai Nusakambangan. Melawan arus berbagai rintangan. Ombak seakan merampas hak perenang dengan pasangnya gelombang. Mantap nian kesan Nusakambangan ini.
            “Pemanduan SMP ini, minta ke Nusakambangan. Ekspedisi pasir putih yang katanya tempat pembuangan para napi kelas kakap. Anak SMP ini kepo dengan seluk beluk yang terjadi di sana. Dan penasaran mengapa pulau itu menjadi pulau pembuangan.” terang tim dari Goen Tour, ekspedisi kali ini, kita bertiga diberi amanat untuk memandu anak-anak SMP Nusantara yang kebelet kepo tentang pulau tersebut.
            Gile aje, dua partner pandu emang doyan naik turun gunung, sering mblasak-mblusuk daerah. Nah, aku .. cewek rentan yang sok kuat di depan semua. Tapi, tawaran yang menggiurkan itu, yang membuat aku melepas takut, dan bersikap profesional. Aku udah masuk Goen Tour dan harus tahan akan segala resikonya.
            “Serius kamu yang mandu, sya?” yakinkan dia yang sudah bersiap meransel tasnya. Dia yang tak kusebutkan namanya, tak masalah untuk mengantarkan aku menuju keberanian.
            Aku mengangguk mantap, mimik wajahku mengubah air muka ketakutan ini. Akh, pasti tubuh ini akan kuat dengan sendirinya.
            Sedari dini tepat pukul dua pagi buta kami sudah bersiap. Kedua partner yang mengenergikan keberanian membuatku tertular dengan segera. Kami menuju garasi teguh muda, partner bus langganan Goen Tour. Aku baru tahu, garasi luas itu bersembunyi banyak bus yang siap diluncurkan untuk wisata kami.
            “Wah, sudah siap ya, mas.” sapaku pada supir yang lumayan muda dan enak diajak bicara. Dia yang tidak keberatan itu pun langsung melonjak kaget, “Guide nya cewek, eee, buset. Berani sekali kau?” spontannya.
            “Iya lah, buat kebutuhan. Masa mau diem aja dijajah ma keadaan.” jawabku memaksakan tubuh benar-benar kuat. Dan kau tak tahu, tubuh ini seperti tersugesti kuat dengan sendirinya. Ya ya, semua itu berpusat pada pemikiran, sugesti yang berani, akan mengoknitifkan aksi berani. Sebaliknya.
            Semua persiapan sudah terceklis di lembar yang sudah disediakan. Mineral 2 dus, ceklis. Set obat-obatan, ceklis. Snack peserta, ceklis. Kamera plus baterai, ceklis. Banner, ceklis. Dan terakhir wireless, mik, baterai, beserta flashdisk yang sudah diisi dengan lagu senam terkecenya anak Goen Tour, ceklis. Sip-sip-sip, semua sudah siap. And than, goes to the Nusantara high school, so feel happy again.    
            Sampai. Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyapa peserta, terutama para guru, mengambil hati mereka. Dan beramah tamah untuk memunculkan kesan yang menggembirakan. Karena pemandu tidak akan dipakai lagi jika ada komplain jutek para pelanggan. Aku mah udah biasa beramah ria, jadi lumayan mudah bagiku untuk membaur dengan kawan baru.
            Murid-murid yang kepo itu seakan tak sabaran memecahkan misteri. Mereka bergegas menuju bus dan merapikan segala yang dibawa di bagasi bus. Hahay, giliran aku membagikan kresek antisipasi untuk tak guder dalam mengatasi muntahan, jika ada yang muntah. Tapi aku selalu berdoa, semoga tidak ada yang mabokan.
            “Ayo .. teman-teman, sudah ceria kah kalian pagi ini?” sapa MC yang memang menjadi koordinator pemanduan ini. Biasanya gaji koor lebih besar daripada para crew yang membantu. Tapi biasanya juga, koor membagikan sama rata karena sama-sama capek dalam melayani. Hahay.
            Bus melaju menuju Pantai Cilacap. Dari pantai tersebut, pemandu yang sudah gesit sedari malam itu, meluncurkan gaya-gaya senamnya yang memang ceria khas Goen Tour kita. Hahay, supaya mengenai dan menjadi ciri untuk dikangenin sama pelanggan wisata.
            Lepas itu, pesanan kami, dari sebuah rumah makan dekat Pantai Cilacap itu datang dan kami diburu makan bersama. Sampai sunrise itu benar-benar meninggikan posisinya. Sambil bermain dan melepas lelah karena duduk selama setengah jam lebih. Hahay, belum kerasa si, kalau duduk di bus cuma setengah jam. Dan rasakan, jika kau pemanduan ke Jakarta. Hahay, yang kuat aja, bila ditugasi ke sana.
            Perahu nelayan yang sebelumnya dinego crew yang lain pun datang dengan begitu antusiasnya. Meronakan kami yang terceriakan oleh bayolan dan gaya-gaya yang mengocol perut ini. Aku tak merasa, aku sedang bekerja, tapi satu hal yang membuat aku kerasan dalam bekerja adalah sikap kekeluargakan yang tercermin dari tolong menolong, dan tak meninggalkan semua yang kesusahan. Kami melayani dengan hati dan hati kami terlayani dengan kerjasama.
            Satu per satu anak-anak SMP itu pun bergegas menyebrangi pantai tersebut menuju area pembuangan. Membelah ombak, mengapung dalam lautan yang bagiku indah jika terceriakan bersama. Selama pemanduan itu, pastilah para pemandu harus memasang mimik ceria, dan itu mengubah suasana hati kami menjadi lebih ceria.
            Ombak itu mengantarkan kami ke bibir pantai yang sudah terlihat putih pasirnya. Semakin indah jika bermain bersama di pantai itu. Seperti sudah tertata sejak jauh-jauh hari, kami disambut penduduk setempat yang ada di area pasir putih. Dengan segala keberanian anak-anak SMP ini, mereka diajak untuk menjejaki jejak tahanan yang terkurung di pulau tersebut. Melewati berbagai rawa-rawa yang membuat kaki ini berlumpur. Ditambah dengan dahan yang menjulurkan durinya, pohon-pohon lebat menjuntai, dan berbagai halang rintang yang begitu mencekam untuk sampai di rumah tahanan itu.
            Tak habis pikir, tak sepeti tahanan yang ada dalam bayangan. Ruangan dalam tahanan itu seperti tertata begitu rapinya. Tersekat satu demi satu dengan jeruji yang kuat. Namun, tak kukira bisa serapi itu. Namun, aku menjadi berpikir dua kali, pantas saja, tempat ini menjadi tempat buangan. Karena begitu terisolir dan medan menakutkan mengitari benakku. Lihat saja, awal kami menerabas hutan sampai pada tempat ini bagaimana petualangannya. Apalagi, jika tahanan itu kabur dan menjumpai pulau yang terisolir itu. Kapal nelayan saja harus berdasarkan sewaan di pantai Cilacap. Dan tidak ada yang berani untuk melabuhkan kapal jika diketahui penyewa itu berasal dari Nusakambangan.
            Lepas kepo, manggut-manggut, dan mendapat penjelasan yang memadai dari penduduk setempat. Anak-anak SMP Nusantasa itu pun digiring kembali menuju bibir pantai pasir putih itu .. menunggu kapal yang disewa itu kembali dan membawa penumpang yang lain. Serambi menunggu, lagi-lagi, crew gesit itu pun meluncurkan gaya dan banyolannya sekali lagi. Lagi-lagi aku yang tak pandai membanyol itu pun memperhatikan. Di sana aku hanya media peramah hati peserta, menjadikan peserta kerasan dan memberi kesan bahagia yang tak terlupakan. Tugas dua partner lainnya yang menceriakan suasana. Hahay.
            And than, balik lagi ke Pantai Cilacap dan menghabiskan waktu bersama di sana. Setelah terpuaskan semua, dengan bermain air, bermain pasir, dan segala permainan yang kami kerjakan di sana. Juga beredukasi sesuai yang diterapkan tim Goen Tour menjadi gurat bahagia di wajah para peserta. Wisata ini bukan wisata rihlah atau study tour yang dilakukan akhir tahun. Namun, wisata untuk menolak lupa, bahwa kita sedini mungkin tidak berbuat jahat agar tidak terasingkan.
            “Nanti study tour, SMP Nusantara pakai Goen Tour lagi ya ..” puasnya melepas kepergian kami yang harus pulang ke garasi bus, berkumpul bersama armada yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar