Pemanduan
Nusakambangan
Desir pasir di pantai Nusakambangan. Melawan arus
berbagai rintangan. Ombak seakan merampas hak perenang dengan pasangnya
gelombang. Mantap nian kesan Nusakambangan ini.
“Pemanduan
SMP ini, minta ke Nusakambangan. Ekspedisi pasir putih yang katanya tempat
pembuangan para napi kelas kakap. Anak SMP ini kepo dengan seluk beluk yang
terjadi di sana. Dan penasaran mengapa pulau itu menjadi pulau pembuangan.” terang
tim dari Goen Tour, ekspedisi kali ini, kita bertiga diberi amanat untuk
memandu anak-anak SMP Nusantara yang kebelet kepo tentang pulau tersebut.
Gile
aje, dua partner pandu emang doyan naik turun gunung, sering mblasak-mblusuk
daerah. Nah, aku .. cewek rentan yang sok kuat di depan semua. Tapi, tawaran
yang menggiurkan itu, yang membuat aku melepas takut, dan bersikap profesional.
Aku udah masuk Goen Tour dan harus tahan akan segala resikonya.
“Serius
kamu yang mandu, sya?” yakinkan dia yang sudah bersiap meransel tasnya. Dia
yang tak kusebutkan namanya, tak masalah untuk mengantarkan aku menuju
keberanian.
Aku
mengangguk mantap, mimik wajahku mengubah air muka ketakutan ini. Akh, pasti
tubuh ini akan kuat dengan sendirinya.
Sedari
dini tepat pukul dua pagi buta kami sudah bersiap. Kedua partner yang
mengenergikan keberanian membuatku tertular dengan segera. Kami menuju garasi
teguh muda, partner bus langganan Goen Tour. Aku baru tahu, garasi luas itu bersembunyi
banyak bus yang siap diluncurkan untuk wisata kami.
“Wah,
sudah siap ya, mas.” sapaku pada supir yang lumayan muda dan enak diajak
bicara. Dia yang tidak keberatan itu pun langsung melonjak kaget, “Guide nya
cewek, eee, buset. Berani sekali kau?” spontannya.
“Iya
lah, buat kebutuhan. Masa mau diem aja dijajah ma keadaan.” jawabku memaksakan
tubuh benar-benar kuat. Dan kau tak tahu, tubuh ini seperti tersugesti kuat
dengan sendirinya. Ya ya, semua itu berpusat pada pemikiran, sugesti yang
berani, akan mengoknitifkan aksi berani. Sebaliknya.
Semua
persiapan sudah terceklis di lembar yang sudah disediakan. Mineral 2 dus, ceklis.
Set obat-obatan, ceklis. Snack peserta, ceklis. Kamera plus baterai, ceklis.
Banner, ceklis. Dan terakhir wireless, mik, baterai, beserta flashdisk yang
sudah diisi dengan lagu senam terkecenya anak Goen Tour, ceklis. Sip-sip-sip,
semua sudah siap. And than, goes to the
Nusantara high school, so feel happy again.
Sampai. Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyapa
peserta, terutama para guru, mengambil hati mereka. Dan beramah tamah untuk
memunculkan kesan yang menggembirakan. Karena pemandu tidak akan dipakai lagi
jika ada komplain jutek para pelanggan. Aku mah udah biasa beramah ria, jadi
lumayan mudah bagiku untuk membaur dengan kawan baru.
Murid-murid
yang kepo itu seakan tak sabaran memecahkan misteri. Mereka bergegas menuju bus
dan merapikan segala yang dibawa di bagasi bus. Hahay, giliran aku membagikan
kresek antisipasi untuk tak guder dalam mengatasi muntahan, jika ada yang
muntah. Tapi aku selalu berdoa, semoga tidak ada yang mabokan.
“Ayo ..
teman-teman, sudah ceria kah kalian pagi ini?” sapa MC yang memang menjadi
koordinator pemanduan ini. Biasanya gaji koor lebih besar daripada para crew
yang membantu. Tapi biasanya juga, koor membagikan sama rata karena sama-sama
capek dalam melayani. Hahay.
Bus
melaju menuju Pantai Cilacap. Dari pantai tersebut, pemandu yang sudah gesit
sedari malam itu, meluncurkan gaya-gaya senamnya yang memang ceria khas Goen
Tour kita. Hahay, supaya mengenai dan menjadi ciri untuk dikangenin sama
pelanggan wisata.
Lepas
itu, pesanan kami, dari sebuah rumah makan dekat Pantai Cilacap itu datang dan
kami diburu makan bersama. Sampai sunrise
itu benar-benar meninggikan posisinya. Sambil bermain dan melepas lelah karena
duduk selama setengah jam lebih. Hahay, belum kerasa si, kalau duduk di bus
cuma setengah jam. Dan rasakan, jika kau pemanduan ke Jakarta. Hahay, yang kuat
aja, bila ditugasi ke sana.
Perahu
nelayan yang sebelumnya dinego crew yang lain pun datang dengan begitu
antusiasnya. Meronakan kami yang terceriakan oleh bayolan dan gaya-gaya yang
mengocol perut ini. Aku tak merasa, aku sedang bekerja, tapi satu hal yang
membuat aku kerasan dalam bekerja adalah sikap kekeluargakan yang tercermin
dari tolong menolong, dan tak meninggalkan semua yang kesusahan. Kami melayani
dengan hati dan hati kami terlayani dengan kerjasama.
Satu per
satu anak-anak SMP itu pun bergegas menyebrangi pantai tersebut menuju area
pembuangan. Membelah ombak, mengapung dalam lautan yang bagiku indah jika
terceriakan bersama. Selama pemanduan itu, pastilah para pemandu harus memasang
mimik ceria, dan itu mengubah suasana hati kami menjadi lebih ceria.
Ombak
itu mengantarkan kami ke bibir pantai yang sudah terlihat putih pasirnya.
Semakin indah jika bermain bersama di pantai itu. Seperti sudah tertata sejak
jauh-jauh hari, kami disambut penduduk setempat yang ada di area pasir putih.
Dengan segala keberanian anak-anak SMP ini, mereka diajak untuk menjejaki jejak
tahanan yang terkurung di pulau tersebut. Melewati berbagai rawa-rawa yang
membuat kaki ini berlumpur. Ditambah dengan dahan yang menjulurkan durinya,
pohon-pohon lebat menjuntai, dan berbagai halang rintang yang begitu mencekam
untuk sampai di rumah tahanan itu.
Tak
habis pikir, tak sepeti tahanan yang ada dalam bayangan. Ruangan dalam tahanan
itu seperti tertata begitu rapinya. Tersekat satu demi satu dengan jeruji yang
kuat. Namun, tak kukira bisa serapi itu. Namun, aku menjadi berpikir dua kali,
pantas saja, tempat ini menjadi tempat buangan. Karena begitu terisolir dan
medan menakutkan mengitari benakku. Lihat saja, awal kami menerabas hutan
sampai pada tempat ini bagaimana petualangannya. Apalagi, jika tahanan itu
kabur dan menjumpai pulau yang terisolir itu. Kapal nelayan saja harus
berdasarkan sewaan di pantai Cilacap. Dan tidak ada yang berani untuk
melabuhkan kapal jika diketahui penyewa itu berasal dari Nusakambangan.
Lepas
kepo, manggut-manggut, dan mendapat penjelasan yang memadai dari penduduk
setempat. Anak-anak SMP Nusantasa itu pun digiring kembali menuju bibir pantai
pasir putih itu .. menunggu kapal yang disewa itu kembali dan membawa penumpang
yang lain. Serambi menunggu, lagi-lagi, crew gesit itu pun meluncurkan gaya dan
banyolannya sekali lagi. Lagi-lagi aku yang tak pandai membanyol itu pun
memperhatikan. Di sana aku hanya media peramah hati peserta, menjadikan peserta
kerasan dan memberi kesan bahagia yang tak terlupakan. Tugas dua partner
lainnya yang menceriakan suasana. Hahay.
And
than, balik lagi ke Pantai Cilacap dan menghabiskan waktu bersama di sana.
Setelah terpuaskan semua, dengan bermain air, bermain pasir, dan segala
permainan yang kami kerjakan di sana. Juga beredukasi sesuai yang diterapkan
tim Goen Tour menjadi gurat bahagia di wajah para peserta. Wisata ini bukan
wisata rihlah atau study tour yang
dilakukan akhir tahun. Namun, wisata untuk menolak lupa, bahwa kita sedini
mungkin tidak berbuat jahat agar tidak terasingkan.
“Nanti
study tour, SMP Nusantara pakai Goen Tour lagi ya ..” puasnya melepas kepergian
kami yang harus pulang ke garasi bus, berkumpul bersama armada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar